Mengapa Tuhan Bukan (Sekedar) Penggerak Pertama
Salah satu argumen populer yang kerap muncul sebagai salah satu jalan pembuktian keberadaan Tuhan adalah argument from motion atau the first mover argument. Salah satu versi argumennya bekerja dengan menunjukkan bahwa adanya perubahan di saat ini pasti disebabkan oleh rantai penyebab temporal hingga ke awal penciptaan alam semesta. Fakta bahwa alam semesta berisi komponen yang mengalami perubahan atau pergerakan harus memiliki penyebab di balik perubahan tersebut yang terjadi sebelum perubahan tersebut. Adanya penyebab yang juga mengalami perubahan juga butuh sebab lain. Rantai penyebab-akibat gerakan ini mustahil tak berujung karena ketakberujungannya akan membuat gerakan saat ini mustahil terwujud. Maka, harus ada “penggerak pertama” yang tak butuh digerakkan oleh apa pun. Ini lah Tuhan. Bagaimana memandang argumen ini dari kacamata teolog Muslim?
Versi argument from motion yang berargumen bahwa perubahan yang terjadi saat ini disebabkan oleh rantai sebab-akibat hingga ke awal alam semesta kemudian disebabkan oleh Tuhan tidak digunakan oleh teolog Muslim. Argumen ini justru gagal membuktikan Tuhan sebagaimana dideskripsikan dalam Al-Qur’an karena Tuhan hanya dibutuhkan sebagai penggerak pertama di awal penciptaan alam semesta saja. Tuhan seperti ini tentu saja tidak lagi diperlukan saat alam semesta sudah bekerja. Tuhan yang tidak bisa mengintervensi otomatis tidak bisa menciptakan sesuatu di luar regularitas, tidak bisa mengirim utusan, tidak bisa menjawab doa dan menyebabkan kesembuhan misalnya. Jelas sekali ini berbeda dengan Tuhan yang dideskripsikan Al-Qur’an.
Lalu, di mana kekeliruannya? Argumen ini berlandaskan satu asumsi yang tidak diterima oleh para teolog Muslim, yaitu asumsi adanya kausalitas natural: satu fenomena alam menjadi penyebab fenomena alam berikutnya. Kenyataannya: kita tidak sedang melihat kausalitas natural. Yang terjadi adalah kita melihat sekuens kejadian yang terjadi berulang-kali sedemikian rupa sehingga kita mengira ada kausalitas di sana. Ini persis seperti eksperimen Pavlov di mana anjing Pavlov mengira bunyi lonceng sebagai penyebab munculnya makanan akibat diekspose dengan bunyi tersebut sebelum diberi makanan.
Bagaimana kenyataannya? Kenyataannya, setiap event yang terjadi di suatu waktu adalah sesuatu yang mungkin secara rasional, bisa terjadi ataupun tidak. Artinya: keberadaan ataupun ketiadaannya tidak berujung pada kontradiksi. Maka, keberadaan sesuatu yang mungkin ini butuh kepada sesuatu yang lain untuk menjadikannya ada di momen tersebut, bukan di momen-momen sebelumnya. Artinya, kebutuhannya kepada sesuatu yang menjadikannya ada terjadi di setiap momen keberadaannya. Sebagaimana telah kita singgung, jika penyebabnya adalah sesuatu yang mungkin, maka ia pun butuh kepada sesuatu yang menjadikannya ada pula. Kemustahilan rantai sebab-akibat tak berujung membuat kita harus menyimpulkan adanya Sesuatu Yang Tak Butuh Sebab, yaitu Necessary Being atau Tuhan. Inilah yang dikenal sebagai argument from contingency atau dalil al-imkan.
Tidakkah ini sama dengan argument from motion? Tidak! Rantai sebab-akibat yang saya jelaskan sebelumnya tidak terjadi secara temporal. Kita di sini tidak sedang mengatakan bahwa fenomena A terjadi akibat fenomena B yang terjadi di waktu sebelumnya, dan seterusnya hingga awal alam semesta. Yang dimaksud sebab di sini adalah sesuatu yang menjadikan akibatnya ada di momen waktu tersebut, atau dengan kata lain, bersamaan dengan keberadaan akibatnya. Argument from contingency bahkan tidak bermula dari fakta adanya gerakan atau perubahan, tapi berawal dari fakta bahwa alam semesta dan seisinya pun di setiap momennya sudah bersifat mungkin.
Sebagai contoh: langit berwarna biru saat ini meskipun ia tidak harus berwarna biru. Mengapa ia berwarna biru saat ini? Karena terjadi hamburan cahaya matahari yang mengenai atmosfer Bumi di saat ini. Mengapa hamburan cahaya yang mengenai atmosfer Bumi menyebabkan warna biru? Karena atmosfer Bumi memiliki molekul-molekul udara dengan properti tertentu sehingga ketika terkena foton akan menghamburkan warna biru dengan panjang gelombang terpendek di saat ini. Mengapa? Fakta ini bisa kita jelaskan lagi dengan penjelasan saintifik lain yang terjadi di saat ini. Poinnya: rantai sebab-akibat yang ada di contoh ini sama-sama fenomena bersifat mungkin yang terjadi di saat ini, bukan berkaitan dengan kejadian di waktu sebelumnya. Ilustrasinya mirip dengan batu yang berdiri di atas batu yang juga berdiri di atas batu dan seterusnya pada suatu waktu tertentu. Jika di dasar semua batu, di momen ini, tidak ada sesuatu yang menopang keseluruhan batunya tanpa butuh kepada sesuatu yang lain, maka seluruh batu akan jatuh (alias tidak akan ada alam semesta di momen tersebut) dan ini bertentangan dengan realita wujudnya alam semesta. Karena itu lah keberadaan sesuatu yang mungkin di satu momen waktu butuh pada Necessary Being.
Dari penjelasan ini kita bisa menyimpulkan beberapa poin penting: argumen kontingensi atau dalil al-imkan berbeda dengan argument from motion versi temporal yang dijelaskan di awal tulisan. Argumen kontingensi berbicara tentang satu fenomena di satu waktu tertentu yang harus butuh kepada Sesuatu Yang Wajib di momen tersebut, bukan butuh kepada sesuatu yang lain di masa lalu. Itu mengapa dalil al-imkan tidak terjatuh kepada kegagalan membuktikan Tuhan yang mengatur alam semesta di setiap momen seperti argument from motion. Ini karena butuhnya alam semesta kepada Sesuatu Yang Wajib terjadi di setiap momen, bukan di awal kemunculan alam semesta saja. Dengan kata lain, dalil al-imkan tidak sedang membuktikan penggerak pertama yang memulai alam semesta lalu tak perlu ikut campur seperti pembuat jam, kepercayaan yang dikenal sebagai deisme. Argumen ini justru membuktikan Tuhan yang dideskripsikan Al-Qur’an sebagai rabbul ‘alamin, pemelihara seluruh alam setiap saat.
Lalu, bagaimana dengan argumen dari permulaan alam semesta atau dalil al-huduts atau Kalam cosmological argument yang tersohor? Bukankah argumen tersebut berusaha menyimpulkan keberadaan Tuhan dengan terlebih dahulu membuktikan alam semesta memiliki permulaan berdasarkan fakta adanya perubahan? Tidakkah argumen tersebut sama dengan argument from motion dan, sebagaimana argument from motion, terjebak pada masalah yang sama, yaitu hanya membuktikan keberadaan Penggerak Pertama? Insyaallah, kita akan membahasnya di tulisan lain di blog ini.
Wallahu a’lam.
Ingin membaca lebih detail tentang bukti rasional di balik pokok-pokok keimanan Islam? Silahkan baca buku “Logika Keimanan”.
Jika ingin mentraktir kopi penulisnya, silahkan klik di sini.
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan bagikan ke rekan-rekan anda: