Ragam Kejadian di Luar Regularitas Alam
Apakah kejadian di luar regularitas selalu menggaransi kenabian?
Di beberapa tulisan lain di blog ini, saya menjelaskan bahwa bukti validitas klaim kenabian seseorang adalah fenomena di luar kebiasaan atau regularitas yang dikenal sebagai mu'jizat. Ketika seseorang mengaku sebagai Utusan Tuhan dan diminta membuktikan kebenaran klaim kenabiannya, kemunculan sesuatu di luar regularitas yang tak bisa direplikasi adalah bukti bahwa Tuhan mengkonfirmasi kebenaran klaim tersebut. Kejadian ini sama sekali tidak membuktikan bahwa orang tersebut adalah Tuhan, karena bukti rasional membawa kita pada kesimpulan bahwa Tuhan mustahil disifati dengan sifat-sifat makhluk yang berimplikasi kemungkinan dan kebermulaan.
Tapi, apakah kejadian luar biasa selalu menggaransi kenabian? Bagaimana jika ada kejadian luar biasa terjadi pada orang fasik? Bagaimana jika terjadi pada orang shalih? Bagaimana jika terjadi pada orang yang mengaku Nabi tapi justru seperti mendustakan klaim kenabiannya?
Fenomena di luar kebiasaan atau dikenal sebagai kharqul ‘adah secara rasional bisa terjadi pada berbagai kondisi yang berbeda. Sebagaimana telah banyak saya singgung, seluruh kejadian yang terjadi di alam esensinya adalah fenomena yang mungkin dan karenanya bergantung sepenuhnya pada Sesuatu Yang Wajib, yaitu Tuhan. Karenanya, Tuhan bebas berkehendak apa pun yang mungkin, apakah itu sesuatu yang reguler atau di luar regularitas. Karena itu, suatu kejadian luar biasa in itself tanpa konteks tidak berimplikasi apa pun selain bahwa fenomena ini disebabkan Tuhan. Artinya, terjadinya sesuatu di luar regularitas saja tak bisa langsung menggaransi bahwa orang tersebut adalah Utusan Tuhan.
Suatu kejadian di luar kebiasaan baru bisa berfungsi sebagai konfirmasi kenabian (sehingga disebut mu'jizat) ketika ia memenuhi beberapa kriteria. Dalam karya beliau, Aqidah Kubro, Imam Sanusi mendefinisikan mu'jizat sebagai:
Sesuatu di luar regularitas,
Membersamai klaim kenabian,
Didahului tantangan untuk membuktikan klaim kenabian,
Tidak mendustakan klaim kenabian,
Membuat mereka yang menentang klaim kenabian tak berdaya untuk mereplikasinya.
Artinya, kejadian di luar kebiasaan baru mengkonfirmasi klaim kenabian seseorang ketika seluruh syarat di atas terpenuhi. Maka, mungkin saja ada kejadian luar biasa di luar konteks klaim kenabian.
Lalu, apa saja ragam kejadian di luar regularitas? Imam Ibrahim Al-Bajuri, dalam catatan kakinya pada kitab Ummul Barohin, memaparkan enam jenis fenomena di luar regularitas. Beliau menyitir sebuah syair indah yang merangkum semuanya:
إذا مــــــا رأيت الأمر يخرق عادة *** فمــــــــــــعجزة إن من نبي لنا صدر
وإن بــــــــان منه قبلَ وصف نُبُوَّةٍ *** فالإرهاص سمه تتبع القوم في الأثر
وإنْ جَـــــاءَ يومًا من ولي فإنه الـ *** كرامـــــة في التحقيق عند ذوي النظر
وإن كان من بعض العوام صدوره *** فكـــــــــــــــــونه حقًّا بالمعونة واشتَهَر
ومِن فَاسِقٍ إن كان وَفقَ مُـــــــرَادِه *** يسمـــــــــى بالاستدراج فيما قد استقر
وإلا فيدعـــــــــــى بالإهانة عندهم *** وقـــــــد تمت الأقسام عند الذي اختبر
Ketika engkau melihat suatu peristiwa di luar regularitas,
Itulah Mu’jizat jika datang dari seorang Nabi.
Jika ia tampak sebelum diakui kenabiannya,
Maka disebut Irhash, sebagai tanda bagi kaumnya.
Jika ia datang dari seorang wali pada suatu waktu,
Itu disebut Karamah, dalam pandangan para cendekia.
Namun jika muncul dari orang biasa,
Kebenarannya diakui dengan sebutan Ma'unah dan tersohor.
Jika datang dari seorang pendosa, sesuai dengan kehendaknya,
Itu disebut Istidraj, menurut kesepakatan para ahli.
Dan jika tidak, itu disebut Ihanah di mata mereka,
Dengan demikian, telah lengkap semua jenis bagi yang memahami.
Artinya, ada beragam jenis kejadian di luar kebiasaan yang bisa terjadi selain mu'jizat di luar konteks klaim kenabian:
Irhash, ketika terjadi di tangan seorang Nabi tapi sebelum masa kenabian, seperti riwayat tentang Nabi Muhammad kecil yang selalu dinaungi awan di padang pasir,
Karamah, ketika terjadi di tangan seorang hamba shalih, minimal kesalihan secara dzahir (tampak), seperti fenomena tidur berkepanjangan yang menimpa Ashabul Kahfi,
Ma'unah, ketika terjadi di tangan orang awam,
Istidroj, ketika terjadi di tangan orang fasik sebagai ujian apakah tetap dalam kefasikannya,
Ihanah, ketika terjadi di tangan seorang Nabi palsu, tetapi mendustakan klaim kenabiannya, seperti munculnya batu yang bisa bicara tapi justru mengabarkan kedustaan klaim kenabiannya.
Maka, suatu kejadian di luar regularitas baru bisa dipahami perannya ketika kita memahami konteks kejadiannya.
Tapi, jika kejadian di luar regularitas bisa saja terjadi di berbagai kondisi, tidak mungkinkah terjadi sesuatu di luar regularitas yang membersamai klaim kenabian seorang pendusta tapi tidak mendustakan klaimnya? Bukankah ini fenomena yang mungkin secara rasional? Insyaallah, kita akan membahasnya di lain kesempatan.
Ingin membaca lebih detail tentang bukti rasional di balik pokok-pokok keimanan Islam? Silahkan baca buku “Logika Keimanan”.
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan bagikan ke rekan-rekan anda: