Mungkinkah Terjadi Mu'jizat di Tangan Pendusta?
Salah satu pertanyaan yang mengemuka terkait konsep kenabian adalah tentang bagimana membuktikan validitas klaim kenabian seseorang. Saya pernah membahas bagaimana terjadinya sesuatu di luar regularitas hukum alam yang bersamaan dengan klaim kenabian seseorang berimplikasi bahwa Tuhan sedang mengkonfirmasi kebenaran klaim tersebut. Inilah yang disebut mu'jizat dan ini berbeda dengan fenomena di luar regularitas lain yang tak dibarengi klaim kenabian.
Tapi, pertanyaannya, bagaimana kita yakin bahwa Tuhan sedang mengkonfirmasi kebenaran klaim kenabian dari fenomena mu'jizat? Dengan kata lain, bagaimana kita bisa menggaransi bahwa Tuhan sedang mengabarkan kebenaran sedangkan pada saat yang sama kita juga percaya bahwa Ia bebas melakukan apa pun yang mungkin? Tidak mungkinkah seorang pendusta mengklaim sebagai Nabi tapi kemudian Tuhan sesuai Kehendak Bebas-Nya menciptakan mu'jizat?
Pertanyaan semacam ini memang sesuatu yang cukup sensitif karena pada dasarnya yang dipertanyakan tidak lain adalah kejujuran Tuhan. Sekedar mengatakan bahwa Tuhan harus mengatakan kebenaran karena ini adalah kesempurnaan gagal menjawab keberatan bahwa Tuhan secara rasional terbukti bebas melakukan apa pun. Mengatakan bahwa kebenaran kalam Tuhan dibuktikan melalui wahyu justru terjebak pada circular reasoning karena kita justru harus membuktikan terlebih dahulu kebenaran kalam-Nya sebelum bisa percaya validitas wahyu. Kegagalan menjawab pertanyaan ini akan berujung pada batalnya validitas kenabian sekaligus kebenaran wahyu yang memuat pokok-pokok keimanan yang lain. Tidak sedikit teolog Muslim yang mengakui bahwa ini adalah keberatan valid yang kuat. Lalu, seperti apa responsnya?
Poin penting untuk mengurai pertanyaan ini adalah dengan memahami bahwa bebasnya kehendak Tuhan hanya berkaitan dengan sesuatu yang mungkin secara rasional. Ini karena bukti adanya Kehendak Tuhan tidak lain berasal dari fakta adanya alam semesta yang bersifat mungkin sehingga segala yang mungkin butuh Tuhan dan Kehendak Tuhan berkaitan dengan segala yang mungkin. Artinya, kehendak Tuhan tidak berkaitan dengan sesuatu yang berujung pada kontradiksi. Beberapa contohnya saya bahas di Buku “Logika Keimanan” seperti “batu yang tak bisa diangkat Tuhan” atau “adanya Tuhan yang lain”. Mu'jizat di tangan pendusta termasuk sesuatu yang mustahil secara rasional karena sama dengan mengatakan Tuhan disifati dengan kebohongan sedangkan ini mustahil bagi-Nya.
Pertanyaan lanjutannya: mengapa berbohong, ma'adzallah, mustahil bagi-Nya? Imam Al-Ghazali punya jawaban dalam karya beliau Al-Iqtishod fil I'tiqod. Konfirmasi Tuhan atas sesuatu tidak lain adalah refleksi dari Pengetahuan-Nya. Kita pernah membahas bagaimana permulaan alam semesta dan keragamannya mengindikasikan bahwa Penciptanya wajib disifati dengan Pengetahuan yang menunjukkan segala sesuatu sesuai realita apa adanya. Maka, mustahil Pengetahuan Tuhan bertentangan dengan realita. Ketika ada seorang pendusta mengklaim sebagai Nabi, terjadinya mu'jizat berimplikasi bahwa Tuhan mengkonfirmasi sesuatu yang bertentangan dengan realita. Maka, ini mustahil karena bertentangan atau berkontradiksi dengan wajibnya Sifat Pengetahuan Tuhan.
Pertanyaan lanjutannya: bukankah bisa saja seseorang mengetahui sesuatu dan mengatakan kebalikannya? Imam Sanusi merespon pertanyaan ini dalam Syarh Aqidah Kubro bahwa konfirmasi Tuhan mustahil seperti ini karena kalam-Nya bukanlah lafadz yang bisa bertentangan dengan apa yang Ia tahu, seperti layaknya manusia. Kalam-Nya, sebagaimana Sifat-Sifat-Nya yang lain, adalah makna yang ada pada Dzat-Nya. Fakta bahwa Dzat Tuhan juga disifati dengan Pengetahuan berimplikasi mustahil Kalam-Nya berbeda dengan Pengetahuan-Nya.
Kesimpulannya, ketika terjadi peristiwa di luar regularitas yang hanya mungkin diciptakan Tuhan bersamaan dengan klaim kenabian, akal langsung memahami bahwa Tuhan sedang mengkonfirmasi kebenaran klaim kenabian. Maka, validitas kenabian tidak bisa dibantah secara rasional.
Wallahu a'lam.
Ingin membaca lebih detail tentang bukti rasional di balik pokok-pokok keimanan Islam? Silahkan baca buku “Logika Keimanan”.
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan bagikan ke rekan-rekan anda: