Banyak Tuhan yang Sama-Sama Sempurna Pasti Bersepakat?
Salah satu perdebatan seputar konsep ketuhanan berkaitan dengan keesaan Tuhan: apakah hanya ada satu Tuhan atau rasional kah adanya banyak Tuhan? Salah satu argumen yang mendukung keesaan Tuhan adalah argumen yang populer dikenal sebagai dalil at-tamanu’. Adanya banyak Tuhan yang disifati dengan Kehendak dan Kekuasaan Yang Sempurna akan jatuh pada kontradiksi karena mungkinnya terjadi ketidaksepakatan antara Kehendak banyak Tuhan tersebut. Ini adalah argumen yang masyhur, termasuk yang digunakan oleh Imam Sanusi dalam Ummul Barohin, yang saya jelaskan dalam Logika Keimanan.
Salah satu counter argument merespon pandangan di atas adalah pandangan bahwa adanya banyak Tuhan ataupun banyak persona yang sama-sama disebut sebagai Tuhan, di mana semuanya Maha Sempurna, berimplikasi pada kesempurnaan Kehendak ketiganya. Kesempurnaan ini berimplikasi bahwa kehendak banyak Tuhan tadi mustahil berbeda atau pasti selalu sama. Karena adanya perbedaan mengindikasikan ketidaksempurnaan dari yang berbeda. Bagaimana merespon pandangan semacam ini?
Kita bisa melihat kembali bagimana membuktikan adanya Sifat Kehendak pada Tuhan. Adanya Kehendak dibuktikan melalui bermulanya alam semesta dari ketiadaan atau dari beragamnya komponen penyusun alam semesta. Fakta di atas menunjukkan bahwa penyebab alam semesta pasti punya sifat yang menentukan terwujudnya satu kemungkinan dibandingkan kemungkinan yang lain. Artinya, Sifat Kehendak ini bebas mewujudkan segala hal yang mungkin. Tidak ada kekangan bagi Tuhan. Tidak ada yang wajib dari hasil Kehendak Tuhan. Maka, adanya banyak Kehendak yang harus sama karena menghindari adanya kontradiksi justru memegasikan kesempurnaan Kehendak tersebut karena justru kehilangan independensinya.
Tapi, bahkan jika banyak kehendak yang bersepakat dianggap mungkin sekalipun, masalahnya tidak berhenti sampai di sini. Imam Ahmad Ash-Showi dalam Syarh Jawharah at-Tawhid menjelaskan mengapa adanya banyak Tuhan yang bersepakat mustahil secara rasional:
أمّا الثاني فتقريره أن تقول: لو وجد فردان متصفان بصفات الألوهية تقديراً، وأرادا معاً إيجاد شيء، فإما أن يحصل بإرادتهما معاً، وذلك باطل، لأنّه يلزم عليه اجتماع مؤثرين على أثر واحد، أو بإرادة أحدهما، وذالك باطل ايضا لأنّه يلزم عليه عجز الآخر، ويلزم عجز الأوّل أيضاً لوجود المماثلة بينهما
“Adapun yang kedua, penjelasannya adalah jika dikatakan bahwa terdapat dua entitas yang memiliki sifat-sifat ketuhanan, dan keduanya menginginkan bersama-sama menciptakan sesuatu, maka hasilnya bisa terjadi berdasarkan kehendak mereka berdua. Namun hal itu tidak mungkin, karena hal tersebut mengharuskan adanya dua sebab pada satu akibat yang sama. Atau, terjadi berdasarkan kehendak salah satu dari mereka, dan ini juga tidak sah, karena mengharuskan ketidakmampuan entitas yang lainnya, serta menyebabkan ketidakmampuan entitas yang pertama juga, karena adanya kesetaraan di antara keduanya.”
Bagaimana penjelasannya? Semisal ada dua Tuhan berkehendak wujudnya satu ciptaan, maka ada beberapa opsi yang bisa terjadi.
Opsi pertama, wujudnya ciptaan tersebut dihasilkan oleh dua penyebab yang berbeda, tapi sama-sama menjadi penyebab efektif yang setara bagi satu ciptaan tersebut. Ini mustahil secara rasional karena akan jatuh pada kontradiksi di mana dua proposisi yang bertentangan, yaitu “penyebab 1 adalah sebab efektif ciptaan A” dan “penyebab 2 adalah sebab efektif ciptaan A”, sama-sama benar.
Opsi kedua, wujudnya ciptaan tersebut hanya efektif dihasilkan oleh salah satu penyebab saja. Opsi ini rasional, tapi berimplikasi pada kemustahilan kedua entitas penyebab sebagai Tuhan. Bagaimana bisa? Kita bisa melihat ini dari beberapa aspek.
Pertama, dari aspek ketidakmampuan. Di sini, Tuhan yang tak terwujud Kehendak-Nya tidak lagi bersifat Maha Kuasa karena ketidakmampuan-Nya dalam menciptakan. Sedangkan, bukti adanya Tuhan mengharuskan Tuhan disifati dengan Kekuasaan. Jika salah satu dari kedua Entitas yang serupa tidak disifati dengan Kekuasaan, maka Entitas kedua pun harus begitu karena keserupaan keduanya. Maka, kedua entitas ini bukan Tuhan.
Kemustahilan opsi ini juga bisa dilihat dari aspek kedua, yaitu dari aspek kemungkinan. Jika hanya satu dari dua kehendak yang terwujud dalam kenyataan, maka ini berimplikasi butuhnya penyebab untuk menentukan mana kehendak yang terwujud. Artinya, kedua kehendak ini adalah sesuatu yang mungkin. Maka, Dzat yang memiliki kehendak tersebut pun sesuatu yang mungkin. Ini bertentangan dengan bukti rasional bahwa Tuhan adalah Sesuatu Yang Wajib dan Independen dari adanya penyebab.
Bagaimana jika kedua Kehendak punya kontribusi yang berbeda terhadap wujudnya satu ciptaan yang sama? Posisi ini pun mustahil secara rasional, sebagaimana pernah kita singgung. Tuhan yang mewujudkan bagian dari suatu ciptaan juga pasti berkuasa mewujudkan bagian yang lain karena esensinya bagian-bagian ini adalah sesuatu yang sama-sama mungkin dan segala sesuatu yang mungkin secara rasional bergantung kepada Tuhan. Artinya, kasus ini tetap berimplikasi pada mungkinnya pertentangan atau persetujuan. Yang pertama, mustahil karena kontradiksi. Yang kedua mustahil sebagaimana penjelasan Imam Ash-Showi di atas.
Kesimpulannya, keberadaan Tuhan yang jamak, sempurna, dan saling bersepakat sekalipun adalah sesuatu yang mustahil secara rasional. Maka, harus ada Satu Tuhan saja Yang Wajib dan sempurna Kehendak-Nya.
Wallahu a'lam.
Ingin membaca lebih detail tentang bukti rasional di balik pokok-pokok keimanan Islam? Silahkan baca buku “Logika Keimanan”.
Jika ingin mentraktir kopi penulisnya, silahkan klik di sini.
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan bagikan ke rekan-rekan anda: