Saya termasuk penggemar film-film Christopher Nolan. Interstellar, Memento, The Prestige adalah beberapa karyanya yang saya gemari. Tapi, barangkali karyanya yang paling dianggap fenomenal adalah Inception. Film ini berkisah tentang petualangan Cobb yang diperankan Leonardo DiCaprio masuk ke alam bawah sadar orang lain melalui teknologi "dream-sharing" untuk mencuri atau menanam informasi. Kematian di dunia mimpi akan membangunkan pengguna teknologi ini kembali ke realita. Tetapi, situasi menjadi runyam ketika Cobb dan rekan-rekannya harus masuk ke dalam dunia mimpi yang berlapis-lapis. Persepsi tentang mana yang mimpi dan mana yang nyata menjadi buram, sulit dibedakan. Pengguna bisa terjebak dalam lapis-lapis mimpi karena keliru menganggapnya sebagai realita.
Pesan di balik film ini mengingatkan saya pada salah satu kritik Syaikh Hamza Yusuf pada fenomena social media belakangan ini. Terlepas dari beragam dampak positif yang dibawanya, dunia baru yang muncul akibat social media juga seringkali mengaburkan kita dari realita. Orang dengan mudahnya melempar hate speech atau menebar hoax di social media karena tidak melihat konsekuensinya di dunia nyata. Kemunculan augmented dan virtual reality dengan jargon metaverse belakangan ini juga berpotensi menimbulkan masalah yang sama.
Semoga munculnya teknologi-teknologi baru ini tidak membuat kita lupa bahwa dunia baru yang diciptakan teknologi ini juga adalah bagian dari dunia kita. Dan yang terpenting, semoga lapis-lapis "dunia" yang beragam ini tidak membuat kita lupa akan realita dunia yang sesungguhnya, bahwa kita tengah berjalan menuju akhir yang fana sebelum terbangun menuju keabadian. Sebagaimana dawuh Sayyidina Ali karramallahu wajhah,
الناس نيام، فإذا ماتوا انتبهوا
Manusia tertidur. Ketika mati, mereka terbangun.