Rasulullah sebagai Bukti Terkuat Keberadaan Tuhan
Dalam banyak tulisan di blog ini, saya menulis bahwa keberadaan Tuhan bisa dibuktikan dari adanya alam semesta. Alam semesta yang bersifat mungkin dan memiliki permulaan mengharuskan adanya Sesuatu Yang Wajib dan Tak Bermula yang menjadikan alam semesta sebagaimana adanya saat ini. Kita telah banyak membahas bagaimana argumen ini adalah argumen yang valid, membawa kita dari pengetahuan aksiomatis menuju kesimpulan adanya Tuhan.
Tapi, bukti filosofis semacam ini belum tentu mudah diterima oleh semua kalangan. Dalam salah satu obrolan saya dengan AI, misalnya, argumen semacam ini dianggap terlalu spekulatif. Meskipun ini sebetulnya tidak tepat, tapi penggunaan argumentasi murni rasional semacam ini memang belum tentu cocok untuk semua kalangan, terutama mereka yang memang tidak familiar dengan penalaran deduktif. Tapi, ini bukan berarti bahwa keberadaan Tuhan lantas bergantung pada argumentasi rasional semata. Justru, salah satu hikmah diutusnya Muhammad Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam adalah untuk menunjukkan bukti nyata tentang keberadaan Tuhan yang lebih dari sekedar argumentasi filosofis.
Pertama, terjadi mu'jizat di tangan beliau yang tak bisa direplikasi. Mu'jizat tidak sekedar mengkonfirmasi bahwa beliau Utusan Tuhan, tapi sekaligus menjadi bukti nyata keberadaan, kekuasaan, dan keesaan Tuhan. Terjadinya sesuatu di luar regularitas berimplikasi adanya Pencipta yang Maha Berkuasa dan Esa, yang menjadi penyebab satu-satunya fenomena mu'jizat. Ini mencakup mu'jizat utama Rasulullah yaitu Al-Qur'an dan juga mu'jizat-mu'jizat lain yang diriwayatkan dari beliau. Ini juga mencakup kemuliaan akhlak beliau yang senantiasa terjaga dan juga terpeliharanya beliau dari musuh-musuhnya.
Kedua, beliau datang menyampaikan wahyu dari Allah yang berisi argumentasi rasional. Argumentasi rasional yang ada dalam Al-Qur'an membantu membimbing manusia untuk sampai pada kesimpulan adanya Tuhan dengan akalnya sendiri. Wahyu di sini seperti layaknya cahaya yang membantu mata kita untuk melihat realita. Tapi, bukan sekedar argumentasi rasional saja, Al-Qur'an menyampaikan semuanya dengan keindahan bahasa dan retorika yang luar biasa, sehingga lebih menggugah jiwa pendengarnya untuk menerima argumentasi tersebut.
Ketiga, diutusnya beliau memungkinkan beliau menyampaikan informasi tentang peristiwa-peristiwa ghaib yang tak mungkin diketahui oleh beliau sendiri. Ini mencakup kisah-kisah Nabi terdahulu yang sangat detail ataupun kejadian-kejadian yang belum terjadi di era wahyu tersebut diturunkan, seperti kemenangan pasukan Romawi secara tak terduga atau matinya Abu Lahab dalam keadaan tak beriman. Ini semakin mengkonfirmasi adanya Dzat Maha Mengetahui yang mengutus beliau.
Keempat, kesederhanaan beliau sepanjang hidup betul-betul mengindikasikan bahwa beliau hamba Tuhan yang tak mengejar dunia sama sekali. Beliau tak mengejar kekuasaan ataupun kekayaan layaknya penguasa-penguasa biasa. Ajaran bahwa agama hanyalah permainan yang sementara betul-betul termanifestasi nyata dalam hidup beliau, mengindikasikan bahwa beliau memang tidak lain adalah Utusan Tuhan yang sejati.
Poin-poin di atas mengindikasikan bagaimana sosok Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam adalah bukti nyata dan tak terbantahkan adanya Pencipta. Kehadiran beliau layaknya cahaya yang menyingkap kegelapan dari akal kita. Sebagaimana syair Imam al-Bushiri dalam Qasidah Burdah-nya:
فإنّه شمس فضل هم كواكبها
يظهرن أنوارها للنّاس في الظّلم
“Sesungguhnya, dia (Nabi Muhammad) adalah matahari keutamaan, sedangkan mereka (para nabi lain) adalah bintang-bintangnya. Mereka memancarkan cahayanya kepada manusia dalam kegelapan.”
Ingin membaca lebih detail tentang bukti rasional di balik pokok-pokok keimanan Islam? Silahkan baca buku “Logika Keimanan”.
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan bagikan ke rekan-rekan anda: