Mungkinnya Kedustaan membuat Testimoni Massal Tidak Valid?
Salah satu sumber pengetahuan penting yang menjadi piranti dalam membuktikan beberapa premis keimanan Islam adalah informasi yang tertransmisikan secara massal atau mutawatir. Suatu testimoni (report) yang ditransmisikan oleh sedemikian banyak saksi mata independen sedemikian rupa sehingga mustahil semuanya bersepakat dalam kebohongan akan menghasilkan suatu pengetahuan dengan level kepastian tertinggi. Melalui sumber pengetahuan sejenis ini lah kita bisa mengetahui eksisnya Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam maupun fakta bahwa beliau mengklaim sebagai Utusan Tuhan meskipun kita tidak hidup di zaman beliau dan menyaksikan langsung kejadian tersebut. Sumber pengetahuan ini juga digunakan untuk membuktikan keterpeliharaan teks Al-Qur’an karena Al-Qur’an diriwayatkan sedemikian banyak individu independen secara oral dari generasi ke generasi.
Salah satu keberatan yang muncul pada validitas informasi yang tertransmisikan secara massal berkaitan dengan fakta bahwa informasi ini tetap ditransmisikan oleh individu yang masing-masingnya mungkin saja berbohong. Artinya, masing-masing informasi hanya bisa memberikan pengetahuan yang tidak pasti (dzan). Karena itu, sebanyak apa pun individu yang meriwayatkan tidak akan pernah bisa menghasilkan pengetahuan yang meyakinkan. Kumpulan dzan tetaplah dzan, bukan? Artinya, premis-premis keimanan berkaitan dengan validitas kenabian menjadi tidak berada pada level keyakinan tertinggi sehingga bisa diragukan. Benarkah demikian?
Keberatan semacam ini bisa direspon dari berbagai sisi. Pertama, keberatan di atas sebetulnya bersandar pada sebuah cacat fikir yang disebut sebagai fallacy of composition: properti yang dimiliki bagian dari sesuatu digeneralisasi menjadi properti yang juga harus dimiliki oleh keseluruhannya. Kita sudah pernah membahas di tulisan lain bagaimana properti yang dimiliki bagian dari sesuatu tidak berimplikasi harus dimiliki juga oleh keseluruhannya. Respon ini yang juga diajukan Imam Sa’aduddin At-Taftazani dalam karyanya yang tersohor, Syarhul ‘Aqaid An-Nasafiyah:
ربما يكون مع الاجتماع ما لا يكون مع الانفراد ,كقوة الحبل المؤلف من الشعرات
“Bisa saja ada sesuatu yang didapatkan dalam kebersamaan yang tidak dapat dicapai dalam kesendirian, seperti kekuatan tali yang terbuat dari helai-helai benang.”
Artinya: fakta bahwa masing-masing individu bisa berbohong dan karenanya menghasilkan pengatahuan yang tidak meyakinkan tidak menggaransi bahwa kombinasi dari testimoni-testimoni independen jatuh pada problem yang sama. Bahkan sebaliknya, sebagaimana diperkuat oleh Imam Ibrahim Al-Bajuri dalam catatan kakinya terhadap statement At-Taftazani di atas, independensi dari para saksi mata yang banyak ini lah yang bersama-sama memunculkan keyakinan dan memustahilkan kebohongan saat diagregasi. Sebagai catatan: kemunculan dua akibat ini hanya terjadi saat testimoni independen yang banyak tadi diagregasi, bukan ketika masing-masing berdiri sendiri!
Keberatan di atas juga bisa direspon dari perspektif teorema Bayes yang tersohor dalam teori probabilitas. Teorema Bayes memungkinkan kita meng-update level keyakinan akan kebenaran suatu informasi berdasarkan adanya bukti baru. Kemungkinan terjadinya kebakaran (event A) saat seseorang mengatakan melihat kebakaran (event B), yang disimbolkan P(A|B), nilainya bisa dihitung melalui peluang kejadian B jika A terjadi, P(B|A), peluang kejadian A, P(A), peluang kejadian B jika bukan A terjadi, P(B|~A), dan peluang kejadian bukan A, P(~A), melalui persamaan berikut:
Tanpa masuk terlalu dalam ke pembahasan mengenai teori probabilitas, formula Bayes di atas menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang saksi berbohong pun (yaitu peluang seseorang mengatakan kebakaran saat tidak terjadi kebakaran, P(B|~A)) sudah masuk ke dalam perhitungan untuk meng-update kepercayaan kita akan kebenaran persaksiannya (yaitu peluang terjadi kebakaran saat seseorang mengatakan ada kebakaran, P(A|B)). Artinya, memang betul bisa saja seseorang berbohong (dengan peluang P(B|~A)), tapi ia pun bisa jujur (dengan peluang P(B|A)), sehingga kedua kemungkinan ini pun harus sama-sama masuk ke dalam perhitungan, bukan salah satunya saja. Maka, sepanjang saksinya saling independen, level kepercayaan atas kebenarannya pun meningkat dan level kemungkinannya berbohong pun berkurang seiring semakin banyaknya saksi mata yang melaporkan hal yang sama. Saya memaparkan lebih dalam soal bagaimana banyaknya saksi independen menguatkan level keyakinan suatu pengetahuan dari perspektif teorema Bayes di buku “Logika Keimanan”.
Kesimpulannya: testimoni massal adalah sumber pengetahuan yang valid dan menghasilkan pengetahuan yang pasti. Mungkinnya kebohongan masing-masing saksi tidak lantas membuat pengetahuan yang dihasilkan tidak valid karena kemungkinan kebohongan seluruh saksi independen lah yang dinegasikan berbasis banyaknya jumlah saksi tersebut.
Wallahu a’lam.
Ingin membaca lebih detail tentang bukti rasional di balik pokok-pokok keimanan Islam? Silahkan baca buku “Logika Keimanan”.
Jika ingin mentraktir kopi penulisnya, silahkan klik di sini.
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan bagikan ke rekan-rekan anda: