Multiverse, Fine-Tuning, dan Keberadaan Tuhan
Apa implikasi multiverse terhadap keberadaan Tuhan?
Salah satu pandangan populer yang berusaha menunjukkan keberadaan Tuhan adalah argumen yang dikenal sebagai fine-tuning. Premis utama argumen ini adalah fakta bahwa konstanta-konstanta penyusun hukum alam tampak “disetel (fine-tuned)” dengan sangat presisi sedemikian rupa sehingga perbedaan kecil saja pada salah satunya berimplikasi pada mustahilnya kehidupan. Fakta ini menunjukkan bahwa alam semesta sengaja didesain oleh Dzat Yang Maha Berpengetahuan yang menghendaki adanya kehidupan.
Belakangan, muncul argumen bantahan yang berusaha menjelaskan konstanta-konstanta di alam semesta kita dengan berlandaskan teori banyak semesta (multiverse). Dalam buku “Cosmology for the Curious”, dijelaskan bagaimana keberadaan multiverse adalah konsekuensi dari teori inflation yang berusaha melengkapi teori Big Bang dalam menjelaskan bermulanya alam semesta. Akhir dari fenomena inflation ini lah yang kemudian menjadikan alam semesta bersuhu sangat panas dan sangat padat sebelum mengembang seperti alam semesta yang kita kenal saat ini. Tetapi, adanya fluktuasi quantum menyebabkan fenomena inflation tidak berhenti secara seragam. Di setiap “area” di mana inflation berhenti lah muncul alam semesta dengan hukum alam tertentu. Artinya, alam semesta kita hanya satu di antara sekian banyak alam semesta (multiverse) yang ada, masing-masing dengan hukum alam yang berbeda-beda. Maka, wajar saja jika salah satu di antara sekian banyak alam semesta ini memiliki konstanta-konstanta tertentu yang kemudian berimplikasi pada mungkinnya terjadi kehidupan. Ini tidak terjadi di alam semesta yang lain karena memang hukum alamnya berbeda.
Argumen bahwa konstanta alam semesta tidak seistimewa itu karena alam hanya satu di antara sekian semesta yang lain adalah argumen yang kuat. Bagi saya, argumen multiverse berhasil menunjukkan salah satu masalah pada argumen fine-tuning. Bahkan tanpa adanya banyak alam semesta pun, argumen fine-tuning justru seperti membatasi Kekuasaan Tuhan seolah-olah mustahil Tuhan menciptakan kehidupan dengan konstanta-konstanta lain yang berbeda dengan konstanta-konstanta alam semesta kita. Ini sempat saya singgung di buku “Logika Keimanan” saat membahas argumen desain.
Tapi, apakah adanya multiverse menegasikan validitas argumen keberadaan Tuhan secara umum? Jawabannya tentu saja tidak.
Sebagaimana kita bahas di banyak tulisan di blog ini, seluruh peristiwa yang terjadi di alam semesta kita, seperti bintang bersinar atau air mengalir, adalah fenomena yang bersifat mungkin. Artinya, seluruh peristiwa alam tidak harus seperti yang terjadi sekarang ini, termasuk juga konstanta-konstanta hukum alam kita. Maka, fakta bahwa fenomena-fenomena ini terwujud dalam satu di antara berbagai kemungkinan yang lain menunjukkan adanya Sesuatu yang menyebabkannya. Sesuatu yang menjadi penyebab di sini bukanlah sesuatu yang juga bersifat mungkin karena akan berimplikasi pada fenomena rantai sebab-akibat yang tak berujung (tasalsul/infinite regress) atau sirkular (daur). Maka, Sesuatu yang menjadi penyebab haruslah bersifat wajib atau necessary. Inilah yang kita maksud sebagai Tuhan.
Tapi, bukankah adanya multiverse bisa menjelaskan adanya alam semesta dengan suatu konstanta tertentu alih-alih konstanta yang lain? Jawabannya: tidak. Fakta bahwa ada alam semesta yang lain tidak menjelaskan mengapa alam semesta kita punya konstanta tertentu karena memang tidak ada relasi kausal antara alam semesta yang satu dengan yang lain. Bukan hanya itu, adanya alam semesta dengan konstanta yang lain sebetulnya juga adalah sesuatu yang bersifat mungkin secara rasional. Bahkan, adanya banyak alam semesta justru menambah banyak terwujudnya kemungkinan-kemungkinan. Kalau keberadaan sesuatu yang mungkin di alam semesta kita menunjukkan keberadaan Necessery Being atau Wajib al-Wujud, maka “bertambahnya” alam semesta justru semakin menambah alasan keberadaan Necessary Being ini. Selain itu, fakta adanya multiverse juga tidak berarti bahwa alam semesta yang lainnya tidak memiliki permulaan. Justru, seluruh himpunan alam semesta ini pun memiliki permulaan dan karenanya butuh kepada Sesuatu Yang Tak Bermula.
Maka, keberadaan multiverse tidak menghilangkan butuhnya alam semesta kepada Tuhan. Sebaliknya, ia justru menunjukkan bahwa Tuhan yang menciptakan alam semesta kita juga menciptakan dan menguasai seluruh alam semesta yang ada.
Segala puji bagi Tuhan, Penguasa sekalian alam (multiverse).
Ingin membaca lebih detail tentang bukti rasional di balik pokok-pokok keimanan Islam? Silahkan baca buku “Logika Keimanan”
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan bagikan ke rekan-rekan anda: