Mereka yang sudah dianugerahi keturunan barangkali pernah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari anak tentang Tuhan: Apa sih Tuhan itu? Allah itu seperti apa? Apakah Tuhan itu seperti superhero yang berbadan besar? Seperti apa bentuknya? Sekilas pertanyaannya terdengar sederhana, tapi terkadang tidak mudah untuk menjawabnya dengan lengkap tapi tetap sederhana.
Ulama’ asal Yaman, Syaikh Abdullah bin Husain bin Tohir Ba’alawi Al-Hadhromi Asy-Syafi'i punya jawaban menarik dalam karya beliau, Sullam at-Tawfiq. Berikut paparannya:
“Tuhan yang menciptakan segala sesuatu di alam semesta dan menguasai setiap atom penyusun alam secara mutlak. Ia adalah Tuhan Yang Satu. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan tak ada yang semisal dengan-Nya. Ia suci dari segala kekurangan. Ia pemilik kesempurnaan mutlak tanpa batas. Tiada keraguan bahwa Ia disifati dengan ilmu, kekuasaan, kehendak, hidup, dan sifat-sifat kesempurnaan yang lain yang sesuai dengan sifat ketuhanan-Nya. Akal makhluk-Nya tidak bisa mengetahui-Nya seutuhnya. Dalam bahasa Arab, Ia disebut "Allah".
Penting bagi Muslim untuk mengetahui bagaimana menjawab orang yang bertanya: "Apa itu Allah?" Ini pertanyaan yang sering ditanyakan oleh anak-anak kecil, namun tidak sedikit orang dewasa yang tidak dapat menjawabnya. Salah satu jawaban yang benar adalah sebagai berikut.
Allah itu ada dan tidak menyerupai apapun yang ada. Apa pun yang muncul di benakmu, maka Allah tidak lah seperti itu. Tidak ada seorang pun selain Allah yang tahu hakikat Dzat-Nya. Tetapi, berdasarkan pada bukti-bukti yang pasti, kita mengetahui beberapa hal tentang Tuhan secara yakin, yaitu:
Hakikat Allah tidak seperti hakikat siapapun selain-Nya. Dan Ia bukanlah bagian dari alam semesta.
Allah tidak berada di suatu tempat atau arah, karena Ia bukanlah materi yang punya ukuran atau bentuk.
Allah tidak membutuhkan sesuatu, tidak terluka karena sesuatu, dan tidak mendapat manfaat apa pun oleh sesuatu karena hanya milik-Nya lah kesempurnaan mutlak.
Allah tidak memiliki permulaan atas wujud-Nya sehingga Ia tak punya pencipta seperti yang lain.
Allah adalah Pencipta segala sesuatu yang terdapat di alam semesta.”
Bagi saya, penjelasan Syaikh Abdullah Ba'alawi di atas ringkas tapi sangat komprehensif, sangat cocok untuk memberikan gambaran yang utuh tentang konsep Tuhan kepada anak-anak. Semoga Tuhan menganugerahkan petunjuk dan keimanan pada anak-anak kita.
Terlampir teks terkait dari Sullam At-Tawfiq:
خَلَقَ كُلَّ مَا في هَذَا الكَوْنِ، ويُسَيطِر على كُلِّ ذرَّةٍ مِنْ ذرّاتِهِ سَيْطَرَةً تامَّة، فهو إلٰه واحِدٌ، لا شَرِيكَ ولا مَثِيلَ لَهُ، وهُوَ مُنَزَّهٌ عَنْ كُلِّ نَقْصٍ، فَلَهُ الكَمالُ المُطْلَقُ غَيْرُ المَحْدُودِ، فَلا بُدَّ أنْ يَكُونَ مُتَّصِفًا بِالعِلْمِ والقُدْرَةِ والإرادَةِ والحَياةِ وسائِرِ صِفاتِ الكَمالِ على ما يَلِيقُ بِالأُلُوهِيَّةِ، وعُقُولُ الخَلْقِ لا تُحِيطُ بِهِ عِلْمًا، ويُسَمَّى بِالعَرَبِيَّةِ "اللهَ".
مِنَ المُهِمِّ أَنْ يَعْرِفَ المُسْلِمُ كَيْفَ يُجِيبُ مَنْ يَسْأَلُ: "ما هُوَ اللهُ؟"، فَهَذا سُؤالٌ يَطْرَحُهُ كَثِيرٌ مِنَ الصِّغارِ، ولا يُحْسِنُ الإِجابَةَ عَلَيْهِ كَثِيرٌ مِنَ الكِبارِ؛
ويُمْكِنُ إجابَتُهُ إجابَةً صَحِيحَةً بِأَنْ يُقالَ:
اللهُ تَعالَى مَوْجُودٌ لا يُشْبِهُ غَيْرَهُ مِنَ المَوْجُوداتِ، فَمَهْما تَصَوَّرْتَ بِبالِكَ فَاللهُ لا يُشْبِهُ ذٰلك، ولا يَعْلَمُ أَحَدٌ غَيْرُهُ تَعالَى حَقِيقَتَهُ،
ولٰكِنَّنا بِناءً على الأَدِلَّةَ القَطْعِيَّةَ نَعْلَمُ يَقِينًا عَنِ اللهِ تَعالَى أُمُورًا مِنْها:
حَقِيقَةُ اللهِ تَعالَى لَيْسَتْ كَحَقِيقَةِ أَحَدٍ غَيْرِهِ، فَلَيْسَ تَعالَى مِنْ أَفْرادِ الكَوْنِ أي العالَمِ؛
لَيْسَ اللهُ تَعالَى في أيِّ مَكانٍ أو جِهَةٍ؛ لِأَنَّهُ لَيْسَ ذا جِسْمٍ وحَجْمٍ وشَكْلٍ؛
لا يَحْتاجُ الله تعالى إِلى شَيْءٍ، ولا يَتَضَرَّرُ بشيءٍ، ولا يَنْتَفِعُ بِشَيْءٍ؛ لِأَنَّ لَهُ الكَمالَ المُطْلَقَ؛
اللهُ تَعالَى لا بِدايَةَ لِوُجُودِهِ، فَلَيْسَ لَهُ خالِقٌ كَغَيْرِهِ؛
اللهُ تَعالَى خالِقُ كُلِّ ما سِواهُ، أيِ كُلِّ ما في العالَمِ؛
Saya kurang paham apa maksud "mewujudkan" di sini. Tapi, jika maksudnya membayangkan Tuhan dalam benak, maka pedoman yang diberikan para ulama' "kullu ma khatara bi balik, fallahu bi khilafi dzalik", apa yang terbersit di benakmu, maka Allah bukan seperti itu. Menambah iman bukan dengan membayangkan wujud Tuhan tapi dengan mendekatkan diri kepada-Nya lewat ibadah sehingga Tuhan bisa menganugerahkan pengetahuan tentang-Nya pada hamba-Nya yang terpilih. Wallahu a'lam.
Ulasan yang menarik mas Ataka, kami suka tulisannya. Jika diperkenankan, ada satu hal yang ingin kami diskusikan ; pada intinya kita wajib iman atas keberadaan Tuhan berbekal logika-logika yang diajarkan oleh ulama-ulama terdahulu, namun sebagai manusia akhir zaman terkadang terlintas di pikiran kita untuk "me-wujud-kan" Tuhan dengan tujuan untuk "menambah" keimanan. Nah apakah hal tersebut malah mengarah pada keraguan terhadap Tuhan ? karena ujungnya akan menyamakan Tuhan dengan makhluk dan bertempat. Terima kasih mas Ataka.