Saya pertama mendengar nama Dr Shoaib hampir tiga tahun lalu, saat membaca monograf beliau soal ateisme baru dan Islam yang diterbitkan Kalam Research and Media. Tidak lama berselang, saya mendengar kabar bahwa beliau sedang berada di Inggris dan akan menyampaikan seminar tentang Islam dan evolusi.
Tak disangka, lokasi acara cuma 15 menit jalan kaki dari tempat dulu saya tinggal. Saya, istri, dan anak (yang waktu itu baru berumur dua bulan) pun datang ke acara tersebut. Seminar itu memberi kesan mendalam bagi saya. Sejak itu, saya intensif mengikuti karya-karyanya.
Dr Shoaib adalah seorang saintis di bidang teknik kimia. Dia bercerita, bahwa dirinya tidak terlalu berminat soal teologi. Dia baru terdorong untuk belajar teologi lebih dalam setelah tidak mampu menjawab pertanyaan dosen beliau saat S3 yang berkaitan dengan konsep Ketuhanan.
Usai lulus S3 dan bekerja di UAE, dia pun memutuskan untuk banting setir dan belajar teologi lebih mendalam secara tradisional. Tidak hanya itu, beliau pun mengambil program Master di University of Edinburgh dengan tesis tentang relasi sains dan agama. Pendekatannya dalam mengulas topik-topik yang barangkali dianggap sensitif semisal evolusi sangat cocok bagi saya.
Dia selalu berusaha bersifat adil, terbuka, dan jujur. Dia tidak berusaha menggunakan pseudo-sains untuk menjatuhkan teori evolusi hanya karena rasa tidak suka ataupun menggunakan pseudo-tafsir untuk mencocok-cocokkan teori evolusi dengan wahyu, dua metodologi yang sayangnya banyak saya temukan di tulisan-tulisan seputar topik ini.
Dr. Shoaib berpandangan bahwa cara terbaik untuk mendapatkan posisi yang jelas tentang Islam dan evolusi adalah dengan mendudukkan semuanya secara jujur dan terbuka, tidak dengan terburu-buru anti pada pandangan tertentu atau justru menyembunyikan masalahnya sama sekali dengan tidak membahasnya. Karenanya, sebelum mengambil sikap, dia meriset secara menyeluruh pandangan berbagai bidang/pihak berkaitan dengan evolusi: saintis, filsuf, teolog, mufassir, muhaddits, dll.
Darinya, saya kemudian membaca banyak pandangan muslim yang sangat beragam tentang topik ini, termasuk akhirnya berkenalan dengan tesis Dr David Salomon Jalajel yang sejauh ini adalah pandangan paling memuaskan –setidaknya bagi saya– tentang bagaimana memposisikan evolusi dalam kerangka ortodoksi Sunni tanpa harus menolak validitas saintifiknya.
Dalam banyak kesempatan, Dr Shoaib menyebutkan rencana beliau untuk menulis sebuah buku tentang Islam dan evolusi, khususnya dari perspektif Sunni, lebih khusus lagi mazhab Asy’ari, dan lebih khusus lagi pandangan Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali. Pekan ini saya mendapat kabar kalau buku beliau akan terbit bulan Juni ini. Alhamdulillah.
Menurut saya, buku ini tidak butuh endorsement lagi. Mereka yang mengikuti jejak Dr Shoaib, khususnya kawan-kawan muslim di Barat, sudah lama menunggu karya ini. Dan mereka yang belum mengenalnya pun saya rasa akan sangat berminat dengan buku ini setelah membaca testimoni tokoh-tokoh tentangnya.
Bagaimana tidak, kalau yang merekomendasikan adalah tokoh sekelas Syaikh Hamza Yusuf (yang arguably representasi Sunni-Asy’ari paling berpengaruh di Barat) dan Dr Yasir Qadhi (yang arguably representasi Salafi paling berpengaruh di barat). Saya menuliskan ini sebagai bentuk apresiasi kepada karya beliau juga untuk berbagi info kepada kawan-kawan muslim di Indonesia khususnya yang tertarik topik ini tentang terbitnya buku yang sangat recommended ini.
Semoga bermanfaat!
Singapura, Februari 2021.
Tulisan ini pernah dimuat di alif.id.
Update:
Buku bisa diunduh secara gratis di link berikut.
Buku ini juga sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Penerbit Rene Turos.