Bagaimana Tauhid Memerdekakan Kita
Seorang bapak terlihat menghibur anaknya yang menangisi jenazah keluarganya sembari berkata, “Ini Kehendak dan Takdir Tuhan, segala puji bagi-Nya.” Seorang pemuda terlihat sangat tegar, hampir-hampir lega, melihat jenazah saudara kandungnya. “Hasbunallah wa ni’mal wakil! Cukuplah Allah bagi kami dan Ia sebaik-sebaik Pelindung!” Peristiwa-peristiwa di atas adalah sebagian rekaman video yang menunjukkan keteguhan para warga Palestina di tengah serangan yang terus terjadi di Gaza. Di tengah musibah berat yang mereka alami, apa yang membuat mereka begitu tabah dan kuat? Apakah sikap semacam ini delusional atau rasional?
Jawabannya: sikap seperti ini bukanlah sesuatu yang delusional, tetapi justru implikasi rasional dari beriman kepada Tuhan. Bagaimana bisa?
Tuhan adalah Wajib al-Wujud (Necessary Being). Percaya pada Tuhan adalah implikasi rasional dari adanya alam semesta. Segala sesuatu di alam semesta, yang bersifat mungkin, harus bergantung pada Dzat Yang Wajib Ada. Artinya, segala sesuatu yang terjadi di alam semesta adalah manifestasi Kehendak dan Kekuasaan Tuhan. Dengan kata lain, hanya Tuhan seorang lah Penyebab yang Sesungguhnya. Sebab-sebab natural yang kita amati di alam semesta sejatinya tidak menghasilkan efek apa pun karena sebab-sebab ini hanya sesuatu yang bersifat mungkin, yang pasti bergantung pada Tuhan. Tuhanlah yang menciptakan sebab-sebab natural ini dan Ia juga lah yang menciptakan efek-efek-nya. Konsep peng-esa-an Tuhan sebagai penyebab tunggal ini lah yang dirangkum dalam istilah “Tauhid”.
Tapi, percaya pada Tuhan bukan sekedar soal logika rasional semata. Tauhid yang sejati tidak berhenti di alam pikiran, tapi berbuah sikap (af’al) dan kondisi jiwa (ahwal). Maka, mempercayai adanya Necessary Being yang menjadi Penyebab semua yang terjadi di alam semesta mestinya berimplikasi pada kondisi tawakkul, yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Bagaimana tidak sedangkan segala sesuatu kembali kepada Kehendak Tuhan? Artinya, tidak ada satu pun ciptaan di dunia ini yang layak kita takuti dan patuhi karena semuanya hanyalah ciptaan Tuhan. Maka, Tauhid yang membuahkan tawakkul sejatinya memerdekakan kita dari penghambaan kepada makhluk menuju penghambaan sejati kepada Sang Khaliq.
Ini yang ditunjukkan Rasulullah ketika salah seorang musuh berpedang mendekati beliau. Ketika ditanya “Siapa yang akan melindungimu dariku?”, Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam menjawab tenang: “Allah!”. Sedemikian kokohnya sikap tawakkul Nabi hingga orang yang hendak membunuh beliau justru menjatuhkan pedangnya dan beriman.
Sikap ini yang juga ditunjukkan para penduduk Palestina. Tidak ada roket dan tank tempur yang menggentarkan mereka. Tiada kehilangan, apakah harta, keluarga, bahkan jiwa, yang melemahkan kepercayaan mereka. Kalaupun mereka harus kehilangan semuanya, tak ada penyeselan karena semua terjadi atas Kehendak Tuhan tempat mereka sepenuhnya percaya dan memasrahkan diri. Ini lah Tauhid yang sejati.
Jika kita diberi usia panjang, insyaallah kita akan melihat tanah Palestina merdeka. Tapi, kalaupun tidak, kita sudah melihat orang-orang Palestina merdeka saat ini karena Tauhid telah memerdekakan jiwa mereka sebenar-benarnya.
From the river to the sea. Indeed, they are already free
.